Di usia tuanya, Dapunta Hyang Jayanasa (Slamet Raharjo), raja Kedatuan Bukit Jerai itu, dirundung gelisah. Ia tidak bisa menyerahkan tahta kerajaannya tersebut, kepada putra mahkota Awang Kencana (Agus Kuncoro), yang tidak lain adalah anak tertuanya.
Dapunta beralasan Awang Kencana tidak pantas naik tahta. Untuk itu, ia melanggar adat atau kebiasaan yang sudah berjalan turun-temurun dengan mengangkat putra keduanya, Purnama Kelana (Syahrul Gunawan), sebagai raja. "Adat tidak selamanya menjawab kebutuhan," ucap Dapunta.
Purnama memang dinilai Dapunta jauh lebih pantas menjadi seorang raja ketimbang kakaknya. Sebab, dia memiliki wawasan luas karena pernah mengecap pendidikan nun jauh di negeri China. Orangnya bijaksana dan mengerti betul apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan kerajaan seperti di era Sriwijaya. Dia punya gagasan mengembangkan kerajaan lewat pendidikan dan perdagangan.
Sementara, Awang Kencana tidak demikian. Dia orangnya angkuh dan selalu menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Ia kecewa dengan keputusan ayahnya yang ingin mengangkat adiknya sebagai raja. Ia tidak terima.
Sang permaisuri, Ratu Kalimayang (Jajang C Noer) mencium gelagat tak sedap. Ia merasa kerajaan yang dipimpin suaminya, Dapunta diambang kehancuran. Sampai akhirnya, apa yang diduganya itu, kejadian.
Dapunta tewas dalam peristiwa pembunuhan. Putra keduanya, Purnama, kemudian jadi tersangka satu-satunya. Sebab, di dekat mayat Dapunta ada kalung milik Purnama.
Purnama sedih sekaligus marah. Ia merasa tidak melakukan pembunuhan terhadap ayahnya. Ya, peristiwa itu adalah siasat kakaknya karena kecewa terhadap keputusan sang ayah.
Permaisuri yang otomatis memimpin kerajaan pascakematian Dapunta, kemudian memerintahkan untuk menjebloskan Purnama ke penjara. Hukuman mati telah disiapkan. Sebagai ibu keputusan tersebut sangat berat.
Tabib kerajaan dan seorang sahabatnya kemudian menyelamatkan Purnama. Sebab, mereka tahu Purnama tidak melakukan pembunuhan terhadap raja. Namun, upaya itu ketahuan oleh Awang. Prajurit yang dipimpin Awang berusaha menggagalkannya. Mereka mengejar Purnama sampai ke hutan.
Purnama terdesak. Ia jatuh pingsan dengan punggung terpanah. Prajurit kerajaan terus mengejarnya. Namun, mereka gagal dan mengira Purnama sudah tewas.
Beberapa waktu berselang, Awang dinobatkan menjadi raja. Ia memerintah dan membasmi kelompok perampok yang dipimpin oleh Ki Goblek (Mathian Muchus). Ki Goblek adalah musuh paling dibenci oleh Awang karena telah membuat mata sebelah kanannya buta.
Di sisi lain, Purnama diselamatkan oleh Malini (Julia Perez), seorang wanita yang menjadi anggota komplotan perampok pimpinan Ki Goblek. Belakangan, markas persembunyian Ki Goblek ketahuan. Ada penghianat di antara mereka. Para prajurit kerajaan yang dipimpin Awang menyergap mereka.
Ki Goblek tewas. Puluhan anggota komplotan yang dipimpinnya juga ikut dihabisi dengan senjata canggih, yang diimpor dari negeri China. Malini dan Purnama yang selamat dari penyergapan itu, kemudian mengatur siasat untuk melakukan serangan balasan terhadap sang kakak, Awang.
Siasat serangan itu merupakan kesempatan Purnama untuk membuktikan dirinya tidak bersalah sekaligus merebut tahta kerajaan dari kakaknya. Berhasilkan ia melakukannya? Yuk tonton filmnya. Sudah rilis mulai 10 Januari 2013 ini.
Sumber : Tribunnews.com
Publishing by
Jekethek-:-Blog Berita Indonesia Terbaru Hari ini
Ini Dia Cerita Film Gending Sriwijaya Sutradarai Hanung Bramantyo
Tweet |
1 comments
Leave a Reply
8 Januari 2013 pukul 08.27
Jadi penasaran, agan udah nonton belum? pake efek2 kaya film kolosal pelem2 luar gak gan ? takutnya kaya film silatnya indo**ar yg ular-ular itu..ehheehe..