
Mereka yang ditembak, Saptono alias Abu Tholib, 38, salah satu tersangka pembom kantor Kedutaan Besar Australia di jakarta tahun 2004 lalu, dan Maulana, 35, anggota jaringan penggalangan dana di Aceh, tewas dengan luka tembak di bagian tubuhnya. Kedua mayat dibawa anggota Densus 88 Mabes Polri ke kamar mayat RS Kramat Jati di Jakarta Jakarta, menggunakan mobil ambulan identifikasi Polres Karawang.
Sedangkan dua tersangka lainnya yaitu, Eman, 35, dan Iwan, 25, warga Kampung Babakan Jati RT 03/04 Desa Cikampek Timur, Kec. Cikampek, yang diduga menjadi petunjuk kedua teroris mendapatkan kamar kontrakan yang lokasinya sekitar 150 meter dari Mapolsek Cikampek dan pusat pertokoan Kota Cikampek.
Keterangan diperoleh di lokasi kejadian, tersangka Eman, sehari-harinya tukang parkir di Jalan Lingkar Jalan A. Yani, depan Gang Mesjid Al’falah, Cikampek Timur, sempat ditembak betis kaki kanannya ketika ditangkap tim densus ketika berada di rumahnya di Jalan Gang Jatapa, sedangkan Iwan, ditangkap juga ketika berada di rumahnya berdekatan dengan kamar kontrakan milik Hj. Dimah Jubaedah, 58, yang dihuni dua teroris tersebut.
Hj. Dimah, pemilik kamar kontrakan maupun Dedi, 56, pemilik warung yang berdekatan dengan tempat yang dihuni teroris, mengatakan sekitar pukul 14:15, mendengar suara pintu didobrak, kemudian terdengar suara tembakan sekitar enam kali ke dalam kamar rumah kontrakan.Tidak lama kemudian petugas berpakaian preman menyerbu rumah kontrakan yang kebetulan para penghuninya yang kebayakan karyawan pabrik sedang bekerja.
“Mereka baru tiga hari, menempati kamar kontrakan yang berada di bagian belakang, hari senin sekitar pukul 11:00, datang ke rumah saya boncengan motor, yang seorang mengaku mengontrak kamar untuk ditempati mereka beberapa minggu lamanya karena mereka sedang mengikuti pelatihan setelah keluar dari pesantren,” ungkap Hj, Dimah,
Sedangkan Ute Syamsudin, Ketua RT setempat, mengaku tak mengetahui kedatangan kedua warga barunya yang ditembak mati itu. “Mereka belum sempat melapor kepada saya, karena baru dua hari menempati kamar kontrakan milik Hj, Dimah,”katanya.
Kapolwil Purwakarta, bersama Kapolres Karawang, AKBP, Rudi Antariksawan, berada di lokasi kejadian sejak pukul 15:00, hingga Rabu malam pukul 20:30, lokasi kejadian masih diamankan puluhan polisi Polres Karawang, begitu juga Tim Identifikasi dari Mabes Polri maupun Polres Karawang masih berada di lokasi kejadian. Menurut informasi di dalam kamar kontrakan terdapat beberapa kardus yang dicurigai isinya,n milik kedua pengontrak tersebut.
Sumber : Pos Kota
Kronologis Penyergapan Teroris di Cawang

Peristiwa aneh yang menimpa janda dua anak ini terjadi, Jumat (7/5/2010) sekitar pukul 20.40 WIB.
Kejadian aneh itu berawal saat Suryati, akan beranjak tidur sekitar pukul 20.00 WIB. Namun saat baru terlelap sebentar, wanita ini terbangun karena merasa perutnya sakit.
Tanpa disadari, perutnya tiba-tiba sudah membesar seperti layaknya orang yang tengah hamil tua. Merasa khawatir apa yang terjadi pada dirinya, wanita yang biasa dipanggi Yati ini lantas memanggil anak pertamanya, Novi. "Saya menyuruh Novi untuk memanggil Parmi, ibu saya," kata Yati, saat menceritakan kejadian aneh yang menimpa dirinya kepada wartawan, Rabu (12/5/2010).
Kebetulan, ujar Yati, saat itu Parmi (62), ibu kandungnya yang tempat tinggalnya bersebelahan berada di dapur rumahnya untuk mengambil beras. Mengetahui anaknya kesakitan dia segera memanggil Muntamah, salah seorang tetangga untuk memberikan pertolongan.
Namun belum sempat mereka datang, Yati yang perutnya membesar sudah melahirkan seorang bayi laki-laki. "Jadi saat ibu saya dan Muntamah datang, perut saya sudah kempes dan keluar bayi ini hanya dalam hitungan menit," ungkap Yati yang kesehariannya bekerja sebagai buruh tani kepada wartawan.
Mengetahui ada kejadian aneh, warga segera memanggil Samsiyah (37), bidan desa setempat. Saat datang, bidan hanya membantu proses pemotongan tali pusar. "Saat itu bidan hanya membantu untuk melakukan pemotongan tali pusar," tuturnya.
Secara terpisah, Samsiyah membenarkan jika memberikan pertolongan kepada Yati yang baru saja melahirkan. Samsiyah mengaku, bayi yang diberi nama Wahyu Cahyono itu sudah tergolek di sebelah ibunya.
Saat itu, tambah Samsiyah, Yati melewati proses persalinan tanpa bantuan siapa pun. Setelah kedatangannya, bayi itu segera dibawa ke rumah dan dimasukkan incubator untuk menjaga kondisi badannya. "Jadi saya hanya memotong tali pusarnya dan segera membawa bayi itu ke rumah saya," tutur ibu tiga anak ini.
Dia mengaku tidak mengetahui riwayat kehamilan Yati. Sebab selama ini dia tidak pernah memeriksakan kandungan kepadanya. Secara medis hal itu tidak mungkin terjadi, sebab sebuah kelahiran harus melalui proses yang panjang.
Sumber : Detik Surabaya