Mengusir ketombe juga bisa menggunakan cara alami. Jeruk nipis adalah salah satu buah yang dipercaya bisa mengontrol keberadaan ketombe. Arthur S Simon, dokter spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit Pertamina, Balikpapan, Kalimantan Selatan, mengatakan, jeruk nipis dapat melunturkan minyak (sebum) di kulit kepala. Dengan begitu, habitat atau tempat bersarang jamur yang merugikan pun dapat dikurangi.
Selain bisa mengendalikan sebum di kepala, jeruk nipis juga bisa memberikan efek segar dan nyaman, terutama bagi kepala berketombe yang kerap dihinggapi rasa gatal. Buah yang kaya dengan kandungan vitamin C ini juga bisa membuat rambut tampak sehat dan cantik berkilau.
Cara penggunaannya tidak sulit. Sebelum keramas, usapkan irisan jeruk nipis atau perasan jeruk nipis pada kulit kepala, terutama di daerah berketombe. Diamkan sekitar 15 menit sebelum membasuh dan berkeramas.
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari RS Cipto Mangunkusumo, Eddy Karta, juga merekomendasikan penggunaan tea tree oil sebagai salah satu bahan alami pengusir ketombe. Menurut Kim, sudah banyak tea tree yang dijual dalam bentuk kemasan jadi sehingga penerapannya lebih mudah.
Tumbuhan dari Australia ini memiliki kemampuan sebagai antiseptik dan antijamur. Selain mengatasi ketombe, tea tree juga sering digunakan untuk mengatasi gangguan kulit lainnya, seperti kutu air, jerawat, eksem, psoriasis, infeksi jamur, bisul, dan infeksi kutu.
Selain bisa mengendalikan sebum di kepala, jeruk nipis juga bisa memberikan efek segar dan nyaman, terutama bagi kepala berketombe yang kerap dihinggapi rasa gatal. Buah yang kaya dengan kandungan vitamin C ini juga bisa membuat rambut tampak sehat dan cantik berkilau.
Cara penggunaannya tidak sulit. Sebelum keramas, usapkan irisan jeruk nipis atau perasan jeruk nipis pada kulit kepala, terutama di daerah berketombe. Diamkan sekitar 15 menit sebelum membasuh dan berkeramas.
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari RS Cipto Mangunkusumo, Eddy Karta, juga merekomendasikan penggunaan tea tree oil sebagai salah satu bahan alami pengusir ketombe. Menurut Kim, sudah banyak tea tree yang dijual dalam bentuk kemasan jadi sehingga penerapannya lebih mudah.
Tumbuhan dari Australia ini memiliki kemampuan sebagai antiseptik dan antijamur. Selain mengatasi ketombe, tea tree juga sering digunakan untuk mengatasi gangguan kulit lainnya, seperti kutu air, jerawat, eksem, psoriasis, infeksi jamur, bisul, dan infeksi kutu.
Sehari-hari, berapa gelas air putih yang Anda konsumsi? Minum kelihatannya hal sepele dalam keseharian. Namun, sesungguhnya pasokan cairan ternyata penting bagi tubuh. Mengapa begitu? Sebab, air adalah zat gizi esensial bagi kehidupan. "Air merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya," urai Ketua PP Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, dr Rachmi Untoro MPH.
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Pada orang dewasa, 70 persen. "Sementara pada bayi baru lahir hampir 80 persen dan pada lansia sekitar 50 persen," ungkap Rachmi. Agar tubuh dapat berfungsi normal, keseimbangan cairan yang masuk dan keluar, harus terjaga.
Air dalam tubuh paling banyak dikeluarkan melalui urine disusul pernapasan, keringat, dan feses. "Selain dari makanan dan metabolisme oksidatif, pasokan cairan dapat kita peroleh dengan minum," tutur Rachmi. Lantas, seberapa banyak sebetulnya kebutuhan cairan kita? Di masyarakat berkembang beragam jawaban. "Prinsipnya, orang memerlukan 30 ml per kilogram berat badannya," jelas Rachmi.
Dengan aktivitas ringan, tubuh harus disegarkan dengan 2 sampai 2,5 liter air. Itu setara dengan 8 sampai 10 gelas air. "Namun, ini standar untuk berat badan 55 kg," kata Rachmi. Terasa cukup banyak buat Anda? Sebaiknya, biasakanlah diri untuk mengikuti pola minum tersebut. "Sebab, kekurangan satu persen air tubuh saja dapat menimbulkan rasa haus dan gangguan mood," kata Prof Dr Ir Hardinsyah MS, ketua umun Pergizi Pangan Indonesia.
Selanjutnya, kekurangan dua sampai tiga persen bisa meningkatkan suhu tubuh serta stamina. Lalu, defisit empat persen dapat membuat merosot kemampuan fisik. "Anda bisa pingsan jika air tubuh menyusut sampai tujuh persen," Hardinsyah menyitir riset Grandjean & Ruud dalam Nutrition for Cyclist (1994).
Kekurangan asupan cairan, khususnya air berpotensi meningkatkan risiko timbulnya banyak penyakit. Batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar, serta gangguan kelenjar ludah adalah beberapa di antaranya. "Untuk menghindarinya, minum secukupnya pada kondisi biasa dan teguk lebih banyak di lingkungan dingin, saat berkeringat, demam, dan ibu menyusui," imbuh Hardinsyah yang menjadi international expert working group on Hydration for Health .
Minum memang penting. Tetapi, terlampau banyak juga tidak perlu. "Kelebihan air minum justru bia mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh," tutur Hardinsyah.
Sumber : Rileks
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Pada orang dewasa, 70 persen. "Sementara pada bayi baru lahir hampir 80 persen dan pada lansia sekitar 50 persen," ungkap Rachmi. Agar tubuh dapat berfungsi normal, keseimbangan cairan yang masuk dan keluar, harus terjaga.
Air dalam tubuh paling banyak dikeluarkan melalui urine disusul pernapasan, keringat, dan feses. "Selain dari makanan dan metabolisme oksidatif, pasokan cairan dapat kita peroleh dengan minum," tutur Rachmi. Lantas, seberapa banyak sebetulnya kebutuhan cairan kita? Di masyarakat berkembang beragam jawaban. "Prinsipnya, orang memerlukan 30 ml per kilogram berat badannya," jelas Rachmi.
Dengan aktivitas ringan, tubuh harus disegarkan dengan 2 sampai 2,5 liter air. Itu setara dengan 8 sampai 10 gelas air. "Namun, ini standar untuk berat badan 55 kg," kata Rachmi. Terasa cukup banyak buat Anda? Sebaiknya, biasakanlah diri untuk mengikuti pola minum tersebut. "Sebab, kekurangan satu persen air tubuh saja dapat menimbulkan rasa haus dan gangguan mood," kata Prof Dr Ir Hardinsyah MS, ketua umun Pergizi Pangan Indonesia.
Selanjutnya, kekurangan dua sampai tiga persen bisa meningkatkan suhu tubuh serta stamina. Lalu, defisit empat persen dapat membuat merosot kemampuan fisik. "Anda bisa pingsan jika air tubuh menyusut sampai tujuh persen," Hardinsyah menyitir riset Grandjean & Ruud dalam Nutrition for Cyclist (1994).
Kekurangan asupan cairan, khususnya air berpotensi meningkatkan risiko timbulnya banyak penyakit. Batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar, serta gangguan kelenjar ludah adalah beberapa di antaranya. "Untuk menghindarinya, minum secukupnya pada kondisi biasa dan teguk lebih banyak di lingkungan dingin, saat berkeringat, demam, dan ibu menyusui," imbuh Hardinsyah yang menjadi international expert working group on Hydration for Health .
Minum memang penting. Tetapi, terlampau banyak juga tidak perlu. "Kelebihan air minum justru bia mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh," tutur Hardinsyah.
Sumber : Rileks